Resensi Novel Omen
Identitas buku
Judul
Buku : Omen
Penulis : Lexie Xu
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit : Terbitan pertama, September 2012
Tebal : 312 hlm, 1cm, 13.5 X 20 cm
ISBN : 978-979-22-8795-0
Harga : Rp 47.000,-
Sinopsis
File 1 : Kasus penusukan siswa-siswi SMA Harapan Nusantara.
Tertuduh : Erika Guruh, dikenal juga dengan julukan si Omen. Berhubung tertuduh memang punya tampang seram, sifat nyolot, dan reputasi jelek, tidak ada yang ragu dialah pelakunya. Tambahan lagi, ditemukan bukti-bukti yang mengarah padanya.
Fakta-fakta : Bukan rahasia lagi tertuduh dan korban saling membenci. Perselisihan keduanya semakin tajam saat timbul spekulasi bahwa tertuduh ingin merebut pacar korban. Tidak heran saat korban ditemukan nyaris tewas di proyek pembangunan, kecurigaan langsung tertuju pada tertuduh. Masalah tambah pelik, karena sewaktu disuruh mendekam di rumah oleh pihak kepolisian, tertuduh malah kabur dengan tukang ojek langganannya yang bergaya preman. Akibatnya, tertuduh terpojok. Tertuduh juga orang pertama yang tiba di TKP korban-korban berikutnya.
Misiku : Membuktikan tertuduh tidak bersalah dan menemukan pelaku kejahatan yang sebenarnya.
Penyidik Utama,
Valeria Guntur
Erika dan Eliza adalah
saudara kembar yang memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Erika yang lahir
lebih awal lima menit dari Eliza mempunyai reputasi jelek di sekolahnya. Sifat
nyolot, suka bolos, penampilannya urakan, rambut di potong kaya cowok, baju gak
pernah di setrika, ada berbagai macam tulisan dengan spidol di kedua lengan
bajunya. Lain dengan Eliza, adiknya yang mempunyai sifat begitu lembut, ramah,
dan berpenampilan anggun, rambutnya panjang, sungguh terbalik dengan kakaknya.
Jika Erika di benci hampir seluruh siswa di sekolahnya, Eliza lah yang menjadi
idola satu sekolah. Mereka tidak pernah akur dan kedua orangtuanya lebih
menyayangi Eliza daripada Erika. Sejak kecil, Erika di beri julukan omen (yang
berarti pertanda buruk) karena sifat kejam yang sudah Ia tampakkan sejak kecil.
Erika mempunyai kelebihan, yaitu dia mempunyai daya ingat fotografis yang
membuatnya selalu mengingat sesuatu sekecil apapun itu. Jadi, wajar saja dia
selalu menjadi juara umum serta anak paling pintar di sekolahnya (menurutku,
ini perpaduan yang unik, urakan tapi pintar).
Walaupun Erika dibenci hamper
seluruh siswa di sekolahnya, Erika masih punya orang-orang yang setia menemani
Erika. Sahabatnya Valeria Guntur, adalah seorang pemalu yang selalu menundukkan
kepalanya dan memakai kacamata besar. Rufus, guru yang selalu memarahi Erika
setiap ketemu. Si Ojek high-class garis miring cogan (Ini tukang ojeknya
langka, man! Motornya ninja, wajahnya ganteng pula! Masih 20’an kok, gak tua-tua
amat).
Semua berawal ketika di
suatu pagi, foto Erika dan Ferly (yang notabenenya pacar Eliza) terpajang di
mading. Hampir seluruh sekolah semakin membenci Erika karena mengira Erika
merebut pacar saudaranya sendiri, Eliza, sang idola sekolah. Ferly meminta
Erika untuk menjaga jarak dulu agar gosip tersebut mereda. Dengan berat hati,
Erika menyanggupinya walaupun sakit hati (Erika beneran naksir juga sama
Ferly).
Tidak sampai di situ
saja, ternyata masalah bertambah pelik seusai pesta Martinus, Eliza tidak
pulang-pulang. Dengan hati yang dongkol karena paksaan Ibunya, Erika terpaksa
kembali ke rumah Martinus untuk mencari Eliza. Di bantu oleh si Ojek. Akhirnya
Erika mulai menjelajah mencari Eliza. Namun mereka tidak menemukan Eliza di
rumah Martinus. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mencari di tempat lain.
Hingga Erika menangkap bayangan bangunan yang belum jadi, kecurigaan pun
merasuki hatinya. Dan benar saja, di dalamnya, Eliza sudah terkapar dengan
rambut yang hampir terbabat habis serta empat pisau menancap di atas tubuhnya.
Bukan Eliza saja yang bernasib seperti itu, beberapa hari setelah kejadian
tersebut, Erika kembali menemukan orang yang di kenalnya terkapar tak sadarkan
diri, persis seperti adik kembarnya.
Pendapat
Rating : 4/5
Novelnya kocak banget.
Gaya bahasanya menggunakan bahasa betawi. Bukan menggunakan aku-kamu tapi
menggunakan lo-gue. Menurut saya dengan bahasa ini, membuat saya tidak merasa
canggung saat membayangkan percakapannya karena itu adalah bahasa sehari-hari
yang saya gunakan. Sudut pandangnya menggunakan sudut pandang pertama yang bisa
membuat kita lebih merasakan jalan ceritanya. Genre novel ini thriller-misteri
yang bisa bikin kita menebak-nebak siapa pelakunya. Ceritanya cukup
menegangkan, dan gak lupa, kak Lexie juga menyisipkan bumbu-bumbu romance (di
buku ini antara Erika dan si Ojek) yang cukup menggemaskan antara si tomboy dan
si cuek.
Kertas yang digunakan
adalah kertas buram. Jika terlalu lama membacanya, mata saya jadi lelah. Dan
seperti kebanyakan novel Indonesia, novel ini cukup mudah ditebak jalan
ceritanya. Buku ini kurang baik dibaca oleh anak-anak di bawah SMA karena
isinya mengandung kekerasan (saat pembunuhan terjadi maupun deskripsi korban
yang mengenaskan) dan juga kelainan psikologi pada seorang karakter yang
takutnya akan ditiru karena dianggap keren.
Kesimpulan
Dari
novel Omen karangan Lexie Xu ini, saya mendapatkan beberapa pelajaran. Jangan
menilai seseorang dari luarnya. Tidak semua orang yang memiliki penampilan yang
berantakan, menyeramkan dan berbicara dengan kasar adalah orang yang jahat di
hatinya. Dan tidak semua orang yang memiliki penampilan yang indah, berbicara
dengan halus adalah orang yang baik di hatinya. Saat ada teman yang kesusahan,
kita harus membantunya sampai akhir. Jika kita tertimpa masalahnya juga,
janganlah melarikan diri dari teman tersebut. Melainkan saling menjaga satu
sama lain dan menyelesaikan masalah bersama-sama.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Softskill Bahasa Indonesia 1.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Softskill Bahasa Indonesia 1.
Penulis Resensi |
0 comments:
Makasi atas komentarnya.