Kartu Misterius
Hari ini cuaca
sangat panas. Mau bagaimana lagi, cuaca di Jakarta memang sering panas. Kuliah
hari ini berakhir cepat karena dosen terakhir berhalangan hadir. Teman yang
biasa bareng saat pulang, sedang ada urusan sehingga tidak bisa pulang bersama.
Saya berjalan sendiri di trotoar sambil sesekali menengok ke belakang mencari
angkot untuk ke stasiun sampai saya dapat tempat yang teduh di bawah bayangan
gedung yang tinggi. Saat saya mencari tempat untuk duduk, saya melihat sebuah
kartu tapping dari salah satu bank ternama di belakang tempat saya berdiri.
Anehnya desain kartunya belum pernah saya lihat. Warnanya hitam dengan sebuah
lingkaran berwarna abu-abu metalik di pojok kanan atas. Saya lihat keadaan
sekitar. Tidak ada yang menyadari keberadaan kartu tersebut. Saya ambil kartu
unik tersebut dengan gelagat seperti benda itu adalah punya saya yang jatuh. Ya
iyalah, biar orang sekitar tidak ada yang curiga. Saya amati kartu tersebut.
Tidak ada yang aneh dari kartu tersebut. Seperti kartu tapping pada umumnya.
Saya beri nama kartu tersebut Black Card (maaf saya kurang kreatif).
“Entar di
stasiun saya cek ah saldonya, kali ada isinya, walaupun cuma 20.000 perak yang
penting bisa dipake,” ucap saya dalam hati.
Sesampainya di
stasiun, saya langsung cek kartu hitam tersebut di mesin yang telah tersedia.
Saldo anda pada tanggal 12/29/2015
sebesar Rp 15.000.000,-
“Hah?!” Saya
kaget sekaligus senang, tapi tetap dengan tampang poker face. Karena saya tidak
mau orang curiga. Saya berjalan ke pintu masuk stasiun sambil berpikir. Kok
bisa saldonya lima belas juta? Bukannya kartu tapping saldo maksimalnya satu
juta. Saya mulai curiga dengan Black Card yang saya pegang. Saya tapping masuk
ke stasiun menggunakan kartu tapping saya sendiri. Tidak berani menggunakan
Black Card. Ada yang aneh dengan kartu ini. Sambil duduk menunggu kereta
tujuan, saya mengamati kembali kartu Black Card dengan seksama. Tiba-tiba
naluri saya menjerit bahwa ada yang sedang mengamati saya. Saya lihat sekitar
saya. Tidak ada yang melihat ke arah saya. Apa saya jadi paranoid ya gara-gara
saya pegang uang gede di sebuah kartu tapping yang bisa dengan mudahnya dipakai
tanpa menggunakan pin atau identitas diri.
Pertanyaan
besarnya, kenapa bisa di atas satu juta?
Itu mustahil. Karena peraturannya kartu tapping atau uang elektronik mempunyai
saldo maksimal satu juta. Ada yang lebih dari kartu ini. Tidak tahu kenapa
insting saya mengatakan itu. Tapi ini bukanlah kartu biasa. Black Card pun
makin terasa berat di tangan saya. Dan insting saya mengatakan….bahwa yang
mencari kartu ini lebih dari satu. Saya pun semakin takut untuk memegangnya,
tapi saya juga tidak bisa membuangnya.
Setelah saya
sampai stasiun tujuan, saya naik busway untuk menuju toko buku yang ingin saya
kunjungi. Saya beranikan diri tapping menggunakan Black Card sambil menunggu
busway. Agar saat saya tapping, saya juga langsung naik busway. Tidak tahu
kenapa saya merasa buru-buru untuk pergi dari halte tersebut setelah
menggunakan kartu tersebut. Busway pun tiba, saya langsung menyelip antrian
tapping dengan mengucapkan permisi. Tidak saya gubris omelan orang-orang yang
sewot di belakang saya. Saya langsung lari kemudian naik busway tersebut. Di
dalam busway, jantung saya berdetak dengan cepat. Saya pakai masker hitam saya.
Saya cek penumpang di dalam busway. Tidak ada yang mencurigakan. Bagus deh.
Sesampainya di halte dekat toko buku saya turun sambil melihat keadaan halte
tersebut. Tidak ada yang aneh. Sejak itu saya merasa makin berani memakai Black
Card. Saya langsung beli banyak tas dan berbagai alat tulis untuk kuliah dan
alat mewarnai untuk hobi saya. Saya merasa menjadi kaya mendadak. Saya bayar
semua barang tersebut dengan Black Card. Saya menuju lantai dua untuk mencari
buku yang ingin saya beli, berbagai novel dan komik saya ambil. Saya menuju
kasir untuk membayar buku-buku tersebut. Kasir pun melayani saya. Saya gunakan
kartu Black Card saya. Tapi kasir tangan kasir tersebut kemudian ke bawah meja
setelah memindai Black Card. Saya tahu gelagat itu setelah banyak menonton film
action dari Amerika. Bahwa kasir tersebut menekan tombol darurat. Saya tetap
pasang wajah biasa. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih ke kasir
tersebut. Kemudian saya langsung pergi dengan langkah cepat namun tidak
terlihat sedang tergesa-gesa. Jantung saya berdetak dengan cepat. Saya keluar
lewat pintu parkir yang ada di basement, bukan pintu pejalan kaki yang
sebelumnya saya masuk. Untung saya tidak membuka masker saya. Saya langsung
naik mikrolet yang terlihat ugal-ugalan.
Saya duduk di
mikrolet dengan nafas tersengal-sengal. Nyaris saja. Saya tidak tahu peringatan
apa yang di dapat oleh kasir tadi. Tapi saya tahu, bahwa security akan langsung
mencari saya. Merasa tidak aman naik mikrolet ini sampai tujuan akhir. Saya
turun di sebuah keramaian setelah sebelumnya saya pakai jaket untuk mengubah
penampilan dan mengganti tas yang saya pakai dengan tas yang baru saya beli.
Saya tunggu angkot di belakangnya lagi. Saat itu saya merasa, wah kayak ada di
film action aja. Melarikan diri dari sesuatu…. Sesuatu? Biasanya di film action
yang saya tonton, seorang pelarian tersebut mencari siapa yang sedang mengejar
dan ingin membunuhnya… MEMBUNUH?! Jangan, jangan, jangan, saya cuma menggunakan
Black Card. Bukan Bandar atau gembong narkoba atau pembunuh. Cuma mahasiswa
biasa! Tenang. Jangan gugup. Saat saya sedang menenangkan diri. Saya lihat ada
sebuah mobil besar berwarna hitam yang beruntun seperti sedang berbaris. Tidak
ada polisi yang mengawal. Berarti bukan iring-iringan orang penting atau
prioritas. Jantung berdetak makin cepat. Insting saya mengatakan…mereka mencari
kartu ini.
Saya merasa
takut. Ingin merobek dan merusak Black Card dan membuang kartu tersebut ke
tempat sampah. Tapi ego saya mengatakan tidak. Saya belum menggunakannya
sepenuhnya! Saya langsung naik busway ke arah yang berlawanan untuk menuju ke
Mall yang terkenal mewah. Saya beranikan diri dan saya tepis akal sehat saya.
Ego saya mengalahkan akal sehat saya. Saya belanja di salah satu tempat yang
saya ingin sekali saya belanja di toko tersebut dari dulu namun tidak punya
uang. Hanya satu kali kesempatan saya memakai kartu ini sebelum mereka mendapat
pemberitahuan seperti di toko sebelumnya. Saya belanja tiga buah baju dan satu
jaket dengan harga yang cukup mahal. Kasir di toko tersebut hanya menerima
pembayaran menggunakan kartu. Saya bayar menggunakan Black Card. Benar dugaan
saya. Kasir tersebut belum menerima pemberitahuan.
Insting saya
berkata. Hati-hati! Kasir tersebut bisa jadi menekan tombol darurat di layar
monitornya, bukan tombol di bawah meja seperti biasa. Saya pun lari ke arah
pintu keluar yang bukan pintu keluar utama menuju jalan raya untuk naik angkot.
Kemanapun tujuannya, yang penting saya harus keluar. Saya dengar derap sepatu
yang berlari ke arah saya. Saya tengok ke belakang. Banyak security yang sedang
mengejar saya! Saya makin takut. Terutama saya jarang berolah raga. Stamina
saya rendah. Dari kejauhan saya temukan angkot ugal-ugalan lagi. Saya naik
angkot tersebut saat angkot tersebut mau jalan dengan kecepatan tinggi. Sopir
ngomel-ngomel ke saya karena saya tidak hati-hati. Tetapi dia tidak
menghentikan angkotnya. Saya makin penasaran dengan kartu ini. Ada apa dengan
kartu ini. Di belakang kartu tersebut ada QR barcode. Saya langsung install aplikasi
scan barcode di ponsel saya. Setelah saya scan barcode tersebut. Aplikasi tidak
mengenali barcode tersebut. Hah?! Terus sebenernya ini tuh kartu apa? Saya
makin penasaran dengan Black Card.
Sesampainya di
sebuah tempat ramai, saya turun lagi yang sebelumnya ganti jaket yang saya baru
beli di Mall. Setelah turun saya coba aplikasi yang lain.
….
Kenapa keramaian
yang tadi jadi tiba-tiba sepi? Saya lihat sekeliling saya, orang-orang yang
tadi sempat membuat keramaian telah membuat lingkaran mengelilingi saya sambil
menodongkan pistol ke arah saya. Saya kaget setengah mati. Langsung saya
jatuhkan barang belanjaan saya dan mengangkat tangan ke atas tanda menyerah.
Seseorang menendang belakang lutut saya. Membuat saya berlutut di jalan. Orang
tersebut merogoh saku-saku saya. Mengambil ponsel dari tangan saya. Orang
tersebut menarik tangan saya secara kasar sambil membentak. “Bangun!” Saya pun
terjatuh karena di paksa berdiri.
“Bangun woy!
Udah siang! Ga ada jadwal kuliah apa? Molor mulu.” Saya pun terbangun dari
lantai. Ade sialan, narik tangan saya sampai jatuh dari tempat tidur. Saya
proses keadaan di sekitar saya. Saya ada di kamar saya.
“Ternyata cuma
mimpi!” Saya berteriak di kamar saya kegirangan sambil tertawa dan
loncat-loncat di kasur. Di sudut mata saya terlihat ada sebuah kartu hitam di
atas benda-benda yang berserakan bekas dikeluarin dari tas saya. Jantung saya
berhenti berdetak. Saya dekati kartu tersebut perlahan-lahan. Berdoa bahwa itu
bukan kartu yang sama. Saya ambil kartu tersebut, bagian depannya berwarna
hitam dengan lingkarang berwarna abu-abu metalik di pojok kanan atas. Tangan
saya bergetar dan berkeringat. Perlahan saya balik kartu tersebut. Kartu
tersebut mempunya QR barcode yang sama.
Selesai
Cerpen ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah softskill Bahasa Indonesia 1
0 comments:
Makasi atas komentarnya.