Komunikasi Mahasiswa dengan Dosen

Permasalahan
Hampir setiap hari kita mahasiswa selalu bertemu dengan dosen. Tapi, tahukah kamu kalau sebenarnya hubungan kita tidak semudah seperti hubungan kita dengan teman. Yang ada di dalam bayangan "ya iyalah! Masa dosen mau disamain sama temen. Jelas beda." Kenapa? Karena kita terjebak dengan etika. Dosen menerapkan disiplin tepat waktu, memberikan kuis tentang matkul yang diajarkan dan yang paling utama, memberikan point tambahan untuk mahasiswa yang sesuai dengan apa yang diinginkan dosen a.k.a yang terbaik. Begitu pun dengan mahasiswa, kita tidak bisa bebas karena etika-etika tersebut. Walaupun mahasiswa merasa tidak adil dengan nilai yang didapatkan, disiplin yang memberatkan ataupun penjelasan dosen saat perkuliahan dirasa kurang, mahasiswa tidak bisa melakukan apapun. Padahal, mahasiswa memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya kepada dosen.

Pemecahan
Dalam interaksi antara dosen dan mahasiswa saat ini yang lebih diperlukan adalah kemampuan komunikasi yang efektif. Oleh karena itu maka dituntut dosen harus trampil dalam menggunakan berbagai teknik dalam komunikasi yang efektif.
 
Dalam melakukan komunikasi verbal, seorang dosen harus benar-benar menerapkan kaidah “REACH” dengan benar, yang terdiri dari:
 
Respect (hormat)
Dosen memberikan rasa hormat dan saling menghargai dengan membangun kerjasama dengan mahasiswa yang menghasilkan sinergi dalam meningkatkan efektifitas kinerja dosen baik secara indifidu atau secara keseluruhan.
 
Empathy (empati)
Dosen harus dapat menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh mahasiswa, sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh.
 
Audible (dapat didengar dan dipahami)
Apa yang dikatakan oleh dosen sebaiknya dapat didengar dan dipahami oleh mahasiswa. Kaidah ini mengharuskan seorang dosen harus menggunakan berbagai cara hingga menggunakan alat bantu audio-visual agar pesan yang disampaikan ke mahasiswa dapat didengar dan dipahami dengan baik.
 
Clear (jelas)
Dalam interaksi dengan mahasiswa, sebaiknya seorang dosen harus menggunakan bahasa yang tepat, sehingga pesan yang disampaikan benar-benar jelas, tidak menimbulkan makna ganda, sehingga akan terjadi interpretasi yang berbeda-beda.
 
Humble (rendah hati)
Sikap dosen yang rendah hati antara lain sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, serta tidak memandang rendah mahasiswa. Dosen yang berani mengakui kesalahan dan memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri serta mengutamakan kepentingan mahasiswa secara umum. Dalam interaksi dosen dengan mahasiswa tidak hanya kemampuan berbicara, tetapi juga diperlukan gerakan tubuh untuk memperjelas makna yang disempaikan dalam proses interaksi tersebut. Gerakan tubuh yang dilakukan merupakan salah satu bentuk komonikasi non verbal yang dilakukan secara spontanitas.

Mendengar aktif
Mendengar aktif merupakan bagian komunikasi efektif dalam interaksi antara dosen dan mahasiswa yang sangat penting dalam era teknologi informasi dewasa ini. Sekali lagi, hal ini karena dosen bukan satu-satunya sumber belajar. Mendengar aktif adalah merupakan sebuah upaya yang sungguh-sungguh dan tulus untuk dapat memahami informasi yang diperlukan. Dosen tidak perlu harus merasa malu, karena mendapat informasi yang lebih up to date dari mahasiswanya, bahkan harus merasa senang karena mampu memotivasi mahasiswanya untuk menjadi lebih baik.
Pada akhirnya dalam interaksi antara dosen dan mahasiswa diperlukan komunikasi respektif, dimana komunikasi yang dibangun berada pada suasana yang kondusif, dimana antara keduanya berada dalam keadaan yang nyaman. Komunikasi respektif ini dapat terbentuk bila dalam interaksinya dosen dan mahasiswa berprasangka baik, berpikir positif, berorientasi pada solusi, bersikap jujur dan saling menunjukkan empati. Dengan demikian interaksi antara dosen dan mahasiswa akan lebih berhasil dalam rangka menyelesaikan berbagai permasalahan proses pengajaran dengan baik.

0 comments:

Makasi atas komentarnya.