Budaya Rebo wekasan di Lebaksiu

Setiap daerah punya budayanya masing-masing. Kalau di daerahku, ada budaya Rebo wekasan.
Rebo Wekasan adalah tradisi masyarakat Muslim khususnya Jawa. Rebo Wekasan diambil dari nama hari Rabu terakhir di bulan Safar. Rebo Wekasan sering dipercaya
masyarakat sebagai hari bencana. Jadi, saat bulan Safar tiba, setiap keluarga melakukan ritual mulai mandi di sungai, membuat jajanan pasar dan memberi nasi kuning ke tetangga sekitar.

Gunung Tanjung, dengan Gunung Slamet di belakangnya.

Setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar, ratusan anak-anak, remaja hingga orang dewasa ramai menghadiri acara tahunan Rebo Wekasan di gunung Tanjung, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Pengunjung berasal dari Tegal, Brebes, dan Purwokerto, bahkan ada yang datang dari luar daerah. Mereka mengikuti kegiatan Haul Mbah Panggung. Namun ada yang semata-mata mencari jodoh, penglaris dagangan hingga karir.

Saat pagi, masyarakat beriring-iringan melewati jembatan yang memiliki panjang kira-kira 200 meter. Jembatan ini merupakan penghubung antara pemukiman penduduk dengan gunung Tanjung. Mereka membawah nasi onggal-anggil atau nasi kuning menuju makam Mbah Panggung yang berada diatas bukit. Sepanjang jalan menuju puncak di kanan-kiri dipenuhi pedagang kaki lima. Biasanya akan   terdengar sayup-sayup suara gendingan Jawa, suara itu dari pagelaran wayang kulit. Masyarakat tetap melewati jalan setapak, walaupun terjal.

Tiap Rabo wekasan tiba, warga Tegal memotong sehelai rambut dengan tujuan menolak bala dan membagikan bubur merah putih atau nasi kuning ke beberapa tetangga, mereka percaya jika ritual semacam itu tak dilakukan maka bencana akan menimpa mereka.

Mitos
Pengunjung yang datang ke gunung Tanjung pada rabo wekasan punya berbagai niat, ada yang ingin mencari jodoh, naik pangkat, penglaris hingga mendapatkan pekerjan. Karena Gunung tanjung dipercaya sebagai tempat keramat cukup ampuh mengabulkan permintaan.

Agar permohonan dikabulkan, katanya pengunjung harus melewati jembatan penghubung antara kampung dengan gunung Tanjung atau biasa sebut jembatan Sunglon. Mereka harus turun ke sungai lalu mandi tepat di bawah jembatan tersebut.




Jembatan Sunglon



Setelah melakukan ritual itu, permintaan akan dikabulkan tapi jika belum dikabulkan, mereka akan naik ke puncak lalu menaburkan bunga ke makam keramat dan bersemidi berdoa untuk dikabulkan permohonannya.

Perayaan tradisi rabo wekasan di gunung Tanjung sangat di nanti berbagai kalangan masyarakat. Banyak orang datang tiap tahun, karena permohonan selalu dikabulkan. Sebenarnya umat Islam tak mengenal bulan sial atau bencana. Sebaiknya masyarakat memperbanyak sedekah dan melakukan amalan shaleh yang lain.  ^^d

5 comments:

Makasi atas komentarnya.